Mengais Rejeki Lewat Busana Tradisional

Gambar 1. Sugiman memprlihatkan galeri baju luriknya

Setumpuk baju berjajar rapi di galeri bambu setinggi tiga meter. Galeri ini adalah milik sepasang suami istri di Seyegan, Sukoharjo yakni Sugiman Abdullah dan Yani Lestari, yang menggantungkan hidupnya dengan berwirausaha di bidang pakaian. Menggeluti usaha sebagai pengrajin pakaian tradisional khas jawa, yaitu baju lurik.

Sebelum memulai usahanya, Yani pernah menggeluti pekerjaan sebagai buruh konveksi daster, dan juga karyawan perusahaan tekstil besar di Kota Sukoharjo. Begitu pula dengan suaminya, Sugiman yang merupakan seorang difabel sehingga menekuni bidang ukir kayu di rumah sendiri. Sesekali kayu yang diukir diambilnya sendiri, tak jarang pula diantar ke rumah karena keterbatasan geraknya.

Karena dirasa penghasilan keduanya belum mencukupi kebutuhan hidup sehari hari dan membiayai sekolah ketiga anaknya, Yani berinisiatif untuk merintis usaha kecil kecilan yang awalnya menjahit tas batik dan akhirnya menjadi produsen baju lurik.

Gambar 2. Sugiman berfoto dengan istri dan ketiga anaknya.

Sekarang, usahanya konsisten pada pakaian tradional jawa, lurik. Mempekerjakan lima orang penjahit, sedangkan tenaga cutting dan pembuatan kancing manual dibantu oleh sang suami disela-sela pekerjaan ukir kayunya.

“Kunci usaha itu jujur, konsekuen, bisa menguasai pasar, ulet, dan kita harus berani mengeluarkan modal juga harus berani pula bersaing secara sehat”, ungkap Yani.

Usahawan tidak terlepas dari suka dan duka dalam upayanya. Adakalanya jatuh dan pada akhirnya menyusun kekuatan dan bangkit lagi. Disaat mencapai puncak kesuksesannya beberapa waktu lalu, mereka jatuh tersandung persaingan tidak sehat oleh teman sesamama pengrajin.

“Kami sebenarnya tidak dijatuhkan, tetapi diajari untuk tahu, dan lebih pintar lagi. Ini juga memperkaya pengalaman kami” tutur Sugiman.

Mereka hanya mengambil hikmah positif dari kejadian itu, diantaranya mereka dapat lebih dalam mengenal pasar beserta pengalamannya.

Bermodalkan sepeda motor tua,  mereka berdua mengantarkan pakaian Lurik beratus ratus jumlahnya, yang diwadahi dalam karung besar untuk disetorkan ke Solo, kesejumlah pihak yang menjalin kerjasama dengan mereka, terutama di Pusat Grosir Solo dan Pasar Klewer.

Kini penghasilan yang mereka dapat, terhitung cukup untuk menggaji penjahitnya, dan membiayai sekolah ketiga anaknya.

“Jika dibilang sukses, ini belum. Apabila dibilang lancar, ini cukup", imbuh Sugiman.

Harapan pribadi mereka dalam berlangsungnya usahanya yaitu agar dapat terus berkembang, mencapai tingkat produktivitas tinggi, dan terus lancar. (Nana Krisdianti)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tasya Sayeed, Beauty Influencer Hijab yang Doyan Speak-Up

Kuota Unggah PKM Naik, Univet Bantara Sukoharjo Undang Reviewer Nasional Lagi

Video Lahiran Anak Baim Wong Jadi 1st Trending, Netizen: Kiano Tiger Wong Baby Hits Abad Ini